Kamis, 19 November 2009


HIKMAH 'IDUL ADLHA

Allahu Akbar, Allahu Akbar Walilaahilhamd

Hadirin yang dirahmati Allah swt.

Bapak-bapak, ibu-ibu serta hadirin jama’ah shalat Idul Adha Rahimakumullah.

Alhamdulillah puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT,karena hingga saat ini Allah SWT senantiasa mencurahkan ni'matnya kepada kita semua,menetapkan iman dan islam kita dan selalu membimbing kita untuk tetap istiqomah di jalan-Nya.Mudah-mudahan iman dan islam ini akan tetap bersama kita hingga pada saatnya Allah memanggil kita kembali.

Pada hari yang mulia ini, 10 Dzulhijah 1430 H seluruh umat Islam di seluruh penjuru dunia memperingati hari raya Idul Adha atau hari raya qurban. Sehari sebelumnya, 9 Dzulhijah 1430 H, jutaan umat Islam yang menunaikan ibadah haji wukuf di Arafah, berkumpul di Arafah dengan memakai ihram putih sebagai lambang kesetaraan derajat manusia di sisi Allah, tidak ada keistimewaan antar satu bangsa dengan bangsa yang lainnya,bentuk fisik dan warna kulit,golongan dan status sosial,semua melebur jadi satu menghadap Robb yang satu,bermunajat dan bersimpuh pada Tuhan yang satu,berdoa dan berpasrah diri pada Allah SWT Dzat yang maha suci,Maha perkasa serta maha penyayang pada setiap hamba-Nya.Pada saat-saat seperti inilah kita makin sadar bahwa nilai kemanusiaan yang sesungguhnya disisi Allah adalah ketaqwaan kita kepada-Nya.



“ Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. QS Al-Hujaraat (49):13

Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Walillahilhamd.Hadirin jamaah sholat Idul Adlha yang dimuliakan Allah.

Peringatan hari raya ini tak bisa dilepaskan dari peristiwa bersejarah ribuan tahun silam ketika Nabi Ibrahim as, dengan penuh ketaqwaan, memenuhi perintah Allah untuk menyembelih anak yang dicintai dan disayanginya, Nabi Ismail as. Atas kekuasaan Allah, secara tiba-tiba yang justru disembelih oleh Nabi Ibrahim as telah berganti menjadi seekor kibas (sejenis domba). Peristiwa itulah yang kemudian menjadi simbol bagi umat Islam sebagai wujud ketaqwaan seorang manusia mentaati perintah Allah swt. Ketaqwaan Nabi Ibrahim kepada Allah swt diwujudkan dengan sikap dan pengorbanan secara totalitas, menyerahkan sepenuhnya kepada sang Pencipta dari apa yang ia percaya sebagai sebuah keyakinan.

Allah swt berfirman dalam Qur’an Surat 12 ayat 111,’


Artinya: Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.

Betapa beratnya ujian dan cobaan yang dialami oleh Nabi Ibrahim AS. Beliau selama bertahun-tahun berharap akan hadirnya sang buah hati ditengah-tengah keluarga,Namun ketika Allah mengaruniakan kepada beliau seorang anak dari istrinya yang sholihah Hajar,justru saat itulah ujian besar datang,dimana Allah SWT memerintahkan agar anak tersebut disembelih.Namun dengan dasar keimanan, tulus dan ikhlas, taat serta patuh akan perintah Allah swt Nabi Ibrahim AS akhirnya mengambil keputusan untuk menyembelih putra tercintanya Ismail.

Dalam diri Ismail kecil,telah tumbuh kecerdasan serta keyakinan yang sempurna akan kebenaran agama yang ditanamkan kedua orang tuanya,hingga pada saat Nabi Ibrahim AS,mengajaknya bermusyawarah dan menceritakan perihal mimpinya kepada Ismail.Beliau tanpa ragu sedikitpun,dengan penuh keyakinan agar perintah Allah tersebut dijalankan ayahnya.Dialog antara Nabi Ibrahim AS dengan putranya ini diabadikan Al Qur'an dalam surat Ashshoffat ayat 102 sebagai berikut:




"Maka tatkala anak itu (sampai pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim,ibrahim berkata:"Hai Anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu,maka fikirkanlah apa pendapatmu?".Ia menjawab:"Hai bapakku,kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu;Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".

Ismail sebagai anak yang sholih telah dibuktikan dengan ketaatannya kepada ketentuan Allah dan berbaktinya kepada orang tua.Hingga pada saat membangun ka'bahpun Nabi Ismail AS senantiasa ikut serta bersama ayahnya Ibrahim AS.Allah berfirman dalam surat Al Baqoroh ayat 127 sebagai berikut:



"Dan (ingatlah),ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar baitullah bersama Ismail (seraya berdoa):"Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami),sesungguhnya Engkaulah yang maha mendengar lagi maha mengetahui".

Allahu akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Walillahilhamd.


Ibrah atau pelajaran
1. Sebagai orang tua atau pimpinan tidak bertindak otoriter atau sewenang-wenang. Orang tua yang baik adalah orang tua yang mendidik anaknya dengan contoh dan ketauladanan. Seorang pemimpin yang baik akan ditiru oleh rakyatnya jika ia memberikan contoh dan perilaku yang baik. Seorang pemimpin tidak hanya diikuti ucapannya, tetapi juga perilaku dan tindak tanduknya. Seorang pemimpin juga harus menjunjung nilai-nilai demokrasi,bermusyawarah dan tidak selalu memberikan perintah-perintah, tetapi juga harus mendengarkan aspirasi rakyat atau bawahannya.

2. Peran sang Ibu dalam mendidik sehingga melahirkan anak yang sholeh.
Peran Ibu sbg madrasah utama dan pertama bagi anak sangat penting. Pendidikan anak sholeh dimulai dari saat pertemuan benih dan sel telur, diawali do'a mohon perlindungan dari syetan. Mulai dari kandungan banyak dibacakan ayat2 suci AlQur'an,apalagi doa ibu yang sedang hamil adalah mustajabah,dimana ia sedang mengandung amanah Allah dalam perutnya. Dari peran Ibulah karakter anak sholeh dapat terbentuk,disamping juga peran seorang ayah yang juga tak kalah pentingnya.Intensitas pergaulan dan pendidikan yang cukup terhadap anak2 kita, memungkinkan penanaman dan sosialisasi nilai-nilai normatif, akhlak, dan perilaku terpuji lainnya dapat terinternalisasi pada diri anak.

3. Pembentukkan anak sholeh banyak tergantung dari orang tua.Disekitar kita masih
banyak orang tua yang beranggapan bahwa pendidikan itu bisa terbentuk hanya di sekolah-sekolah, jadi tidaklah perlu orang tua mengarahkan anak-anaknya di rumah. Bahkan ada sebagian orang tua yang tidak tahu tujuan dalam mendidik anak. Perlu kita pahami, bahwasannya pendidikan di rumah yang meskipun sering disebut sebagai pendidikan informal, bukan berarti bisa diabaikan begitu saja. Orang tua harus memahami bahwa keluarga merupakan institusi pendidikan yang tidak kalah pentingnya dibandingkan institusi pendidikan formal. Ini bisa dimengerti karena keluarga merupakan sekolah paling awal bagi anak. Di keluargalah seorang anak pertama kali mendapatkan pengetahuan, pengajaran dan pendidikan.

Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilhamd,
Bapak-bapak, ibu-ibu serta hadirin jama’ah shalat Idul Adha Rahimakumullah,

Kata kurban dalam bahasa arab berarti mendekatkan diri. Dalam fiqh Islam dikenal dengan istilah udh-hiyah,idh-hiyyah dan adh-hah.Tiga kata ini bersumber dari kata "Dhohiyyah" yang ketika berbentuk "jama" menjadi "dhohaayaa"Udh-hiyyah dan Idh-hiyyah bentuk jama'nya adalah "Adhoo-hiyya" dengan tasydidnya "ya".sedangkan "Adh-hah" dijama'kan menjadi "Adh-haa" bi wazni ardhoo,maka disebutlah "Yaumul Adh-haa".Lihat dalam "Assyaafii fii syarhi Musnadil Imami Asysyafi'i"karya Ibnu Alatsir(majduddin abissa'aadat almubarok muhammad bin abdul karim aljazzari).Sebagian ulama yang lain mengistilahkannya an-nahr sebagaimana yang dimaksud dalam QS Al-Kautsar (108): 2,



“ Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah “

Akan tetapi, pengertian korban bukan sekadar menyembelih binatang korban dan dagingnya kemudian disedekahkan kepada fakir miskin. Akan tetapi, secara filosofis, makna korban meliputi aspek yang lebih luas.

Dalam konteks sejarah, dimana umat Islam sering kali menghadapi berbagai cobaan.Dari sini kita akan mengerti makna pengorbanan itu ternyata amat luas dan mendalam. Sejarah para nabi, misalnya Nabi Muhammad SAW dan para sahabat yang berjuang menegakkan Islam di muka bumi ini juga sarat dengan pengorbanan. Sikap Alhabibulmusthofa dan para sahabat itu ternyata harus dibayar dengan pengorbanan yang teramat berat.Kita bisa melihat sejarah yang diderita oleh Umat Islam di Mekkah ketika itu. Umat Islam disiksa, ditindas, dan sederet tindakan keji lainnya dari kaum kafir quraisy. Rasulullah yang sangat mulia itu pernah ditimpuki dengan batu oleh penduduk Thaif, dianiaya oleh ibnu Muith, ketika leher beliau dicekik dengan usus onta, Abu Lahab dan Abu Jahal memperlakukan beliau dengan kasar dan kejam. Para sahabat seperti Bilal ditindih dengan batu besar yang panas ditengah sengatan terik matahari, Yasir dibantai, dan seorang ibu yang bernama Sumayyah,ditusuk kemaluannya dengan sebatang tombak.

Tak hanya itu, umat Islam di Mekkah ketika itu juga diboikot untuk tidak mengadakan transaksi perdagangan. Akibatnya, bagaimana lapar dan menderitanya keluarga Rasulullah SAW. saat-saat diboikot oleh musyrikin Quraisy, hingga beliau sekeluarga terpaksa memakan kulit kayu, daun-daun kering bahkan kulit-kulit sepatu bekas.

Sejarah nabi Yusuf as yang disiksa dan dibuang ke sebuah sumur tua oleh para saudaranya sendiri adalah bagian dari pengorbanan beliau menegakkan kebenaran. Sejarah nabi Musa as yang mengalami tekanan, tidak hanya dari Fir’aun, tetapi juga kaumnya, adalah juga wujud dari pengorbanan beliau.

Pengorbanan Nabi Suaib juga dikisahkan dalam QS Al-A’raf, ayat 88,


”Pemuka-pemuka dari kaum Syu’aib yang menyombongkan diri berkata: ”Sesungguhnya kami akan mengusir kamu hai Syu’aib dan orang-orang yang beriman bersamamu dari kota kami, kecuali kamu kembali kepada agama kami”. Berkata Syu’aib: ”Dan apakah (kamu akan mengusir kami), kendatipun kami tidak menyukainya?” (QS AL-A’raf ayat 88)

Qur’an Surat Ibrahim Ibrahim (14) ayat 12-13,


(12) Mengapa kami tidak akan bertawakkal kepada Allah padahal Dia telah menunjukkan jalan kepada kami, dan kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan kepada kami. Dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakkal itu berserah diri”.


(13) Orang-orang kafir berkata kepada Rasul-rasul mereka: ”Kami sungguh-sungguh akan mengusir kamu dari negeri kami atau kamu kembali kepada agama kami”. Maka Tuhan mewahyukan kepada mereka: ”Kami pasti akan membinasakan orang-orang yang zalim itu.

Dalam konteks kekinian, pengorbanan umat Islam di berbagai belahan dunia terlihat nyata di Palestina,iraq,afghanistan, Kashmir, Thailand Selatan, dan Philipina Selatan. Dengan sikap dan keyakinan mereka terhadap Islam, mereka harus mengalami berbagai penyiksaan dan penindasan oleh penguasa. Umat Islam di Palestina menjadi gambaran betapa pengorbanan yang dipikul sangat berat. Mereka mengalami penyiksaan, penganiayaan, dan bahkan blokade di kawasan Jalur Gaza oleh Israel laknatullah. Akan tetapi, umat Islam di Palestina tidak ada kata menyerah. Mereka terus berjuang membela martabat dan kehormatan bangsa dan agamanya. Sama halnya dengan yang terjadi di kawasan lain dunia.Allohumma a'izzal islaama walmuslimiin..

Dalam sejarah perjuangan bangsa, para pahlawan mengorbankan jiwa raga, harta benda untuk kemerdekaan bangsanya. Jenderal Sudirman harus keluar masuk hutan memimpin tentara Indonesia berjuang melawan Belanda.Hadhrotisysyekh KH.Hasyim Asyari bersama dengan para santri dan kaum Nahdhiyyin serta lapisan rakyat lainnya bersama-sama berjuang demi bangsa dan negara kita tercinta. Sikap para tokoh bangsa yang dipenjara, dibuang, dan disiksa adalah sebagai wujud dari keyakinan mereka akan kebenaran. Ribuan nyawa yang mati adalah pengorbanan mereka terhadap negeri ini. Tentu saja, mereka berkorban atas dasar sikap yang mereka percaya sebagai sebuah kebenaran. Pengorbanan para pemuda di berbagai tempat di Indonesia menghadapi penjajah, adalah sebagai wujud dari sikap mereka memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan bangsa.

Allahu Akbar, Allahu Akbar Walilaahilhamd
Bapak-bapak, ibu-ibu serta hadirin jama’ah shalat Idul Adha Rahimakumullah,

Dalam konteks keseharian kita, pengorbanan juga bisa dilihat dari pengorbanan seorang pemimpin yang berusaha untuk mensejahterakan rakyatnya, pengorbanan seorang isteri terhadap suami dan anak-anaknya, serta sebaliknya, anak terhadap kedua orang tuanya.

Seorang pemimpin yang adil terhadap rakyatnya dan berusaha memberikan kontribusinya bagi negaranya adalah wujud pengorbanan. Seorang suami sebagai kepala rumah tangga berjuang membanting tulang demi menafkahi dan membahagiakan keluarganya. Seorang istri mengabdi setia kepada suaminya juga sebagai wujud pengorbanan. Orang tua yang mendidik dan membesarkan anak-anaknya sehingga menjadi berhasil, adalah juga wujud pengorbanan.

Dengan demikian, pengorbanan bisa berdimensi luas. Pengorbanan adalah sebagai sebuah konsekuensi logis dari keyakinan yang diperjuangan demi sebuah kebenaran.

Allahu Akbar, Allahu Akbar Walilaahilhamd
Bapak-bapak, ibu-ibu serta hadirin jama’ah shalat Idul Adha Rahimakumullah,

Sekedar merenungi kembali momentum Idul Qurban, Kesanggupan Nabi Ibrahim menyembelih anak kandungnya sendiri Nabi Ismail, bukan semata-mata didorong oleh perasaan taat setia yang membabi buta (taqlid), tetapi meyakini bahwa perintah Allah s.w.t. itu harus dipatuhi. Bahkan, Allah Taala memberi perintah seperti itu sebagai peringatan kepada umat yang akan datang bahwa adakah mereka sanggup mengorbankan diri, keluarga dan harta benda yang disayangi demi menegakkan perintah Allah. Dan adakah mereka juga sanggup memikul amanah sebagai khalifah Allah di muka bumi?

Hidup adalah satu perjuangan dan setiap perjuangan memerlukan pengorbanan. Tidak akan ada pengorbanan tanpa kesusahan. Justeru kesediaan seseorang untuk melakukan pengorbanan termasuk uang satu reyal, tenaga dan waktu, akan benar-benar menguji keimanan seseorang.

Peristiwa berkorban Nabi Ibrahim dan anaknya Ismail merupakan satu noktah kejadian yang dapat direnungi oleh semua manusia dari semua level usia dan latar belakang tingkat pendidikan. Dengan kata lain, semangat berkorban adalah tuntutan paling besar yang ada dalam lingkungan keluarga, masyarakat maupun, agama bangsa dan negara.